Sumpah Pemuda Sebuah Letusan Sejarah


Sumpah Pemuda merupakan bukti otentik bahwa pada tanggal 28 Oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Oleh karena itu seharusnya seluruh rakyat Indonesia memperingati momentum 28 Oktober sebagai hari lahirnya bangsa Indonesia. Proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis pada saat itu. Kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda pada saat itu untuk membulatkan tekad demi mengangkat harkat dan martabat hidup orang Indonesia asli, tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus 1945. Bung Hatta menyebut peristiwa Sumpah Pemuda itu sebagai "sebuah letusan sejarah".
Saat itu, Secarik Kertas untuk Indonesia, menandai lahirnya rumusan Sumpah Pemuda sebagaimana ditulis dalam Majalah Tempo, 27 Oktober 2008. Rumusan Sumpah Pemuda itu ditulis Pemuda Yamin pada ketika Mr. Sunario, sebagai utusan kepanduan tengah berpidato pada sesi terakhir Kongres Pemuda Indonesia II. Sebagai sekretaris, Yamin yang duduk di sebelah kiri ketua menyodorkan secarik kertas kepada Soegondo, sembari berbisik, "Saya punya rumusan resolusi yang elegan."
Soegondo membaca rumusan resolusi itu, lalu memandang Yamin. Yamin membalas pandangan itu dengan senyuman. Spontan Soegondo membubuhkan paraf "Setuju". Selanjutnya Soegondo meneruskan usul rumusan itu kepada Amir Sjarifuddin yang memandang Soegondo dengan mata bertanya-tanya. Soegondo mengangguk-angguk. Amir pun memberikan paraf "Setuju". Begitu seterusnya sampai seluruh utusan organisasi pemuda menyatakan setuju.
Sumpah itu berbunyi:
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, Tanah Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, Bangsa Indonesia.
Kami putera dan puteri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, Bahasa Indonesia.
Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin. Setelah disahkan, ikrar pemuda itu pun menjadi tonggak bersatunya bangsa Indonesia. "Yaminlah yang mengubah kata Ikrar menjadi Sumpah," kata sejarawan Anhar Gonggong.
Dengan sumpah ini, organisasi pemuda ramai-ramai menanggalkan watak kedaerahan mereka dan melebur menjadi satu organisasi: Indonesia Muda. Umar Said mengatakan “Sumpah Pemuda mengingatkan kita semua bahwa Indonesia ini adalah milik kita bersama, tidak peduli dari kalangan agama atau suku yang mana pun, atau dari kalangan aliran politik yang bagaimana pun. Sumpah Pemuda telah meng-ikrarkan bahwa kita adalah satu bangsa, satu tanah-air dan satu bahasa.”
Mampukah Indonesia Muda sekarang memahami makna Sumpah Pemuda dengan sebenarnya di saat kondisi Indonesia seperti sekarang? Sebagaimana pada pembukaan Opera Van Java (OVJ) malam ini, pemuda digambarkan sebagai sosok yang penuh dengan gejolak emosi yang kadang negatif seperti munculnya tawuran, balapan liar, dan lain-lain. Tentunya saat ini perlu membukan kran untuk terciptanya peristiwa baru sebagai "sebuah letusan sejarah".

Please Select Embedded Mode To Show The Comment System.*

Previous Post Next Post